2 Kisah Kegigihan Para Pencari Ilmu dalam Buku Biografi Ulama’ Nahwu

Daftar Isi

2 Kisah Kegigihan Para Pencari Ilmu dalam Buku Biografi Ulama’ Nahwu

Sudah jelas, belajar merupakan sebuah kewajiban bagi seorang mu’min. Baik itu laki-laki, perempuan, sejak usia dini hingga usia lanjut. Tidak pandang bulu. Namun, walaupun telah ada ketegasan kewajiban sepeerti itu, tetap saja belajar adalah salah satu hal yang cukup berat bagi beberapa orang. Baik karena mobilitas yang makin meningkat ataupun karena malas akibat terlena dengan kemudahan yang ada. 

Zaman dahulu, dimana teknologi tidak begitu canggih dan pengetahuan sangat sulit didapatkan karena keterbatasan akses kepada para ahli. Namun, mereka tetap saja memiliki khirs yang tinggi untuk mencari pengetahuan. tidak kenal lelah, tidak kenal bahaya ancaman selama perjalanan. Ya, benar. Mereka selalau saja diceritakan sebagai pengelana, mencari majelis-majelis ilmu, penerang hati. 

Diantara kisah kisah tersebut kami sajikan beberapa diantaranya. Semoga bermanfaat. 

1. Selalu Menunggu Gurunya di Depan Pintu Rumahnya

Nama sibawaih pasti sangat lekat di dunia pesantren. Beliau adalah ahli nahwu generasi kelima ulama’ nahwu aliran (mazhab) Basrah.  Sedangkan generasi pertamanya ada Abul Aswad Ad Duali. 

Imam Sibawaih memiliki seorang murid yang bernama Abu ‘Ali Muhammad bin al-Mustanir lahir dan besar di Basrah. Ia belajar tata bahasa kepada ‘Isa bin ‘Umar, Yunus bin Habib, dan Imam Sibawaih. 

Sama seperti gurunya, santri Imam Sibawaih ini tidak dipanggil dengan nama aslinya melainkan dengan nama laqab atau julukan bagi seseorang. Biasanya seorang santri akan memiliki laqabnya masing-masing. Nah, santri imam Sibawaih ini memiliki julukan tersendiri. Yaitu Qathrab. Diberikan Imam Sibawaih karena dia sering menunggui Sibawaih di depan pintu rumahnya pada malam hari. Sehingga ketika Imam Sibawaih bangun pagi, Qathrab sudah berada di depan rumahnya. 

Karena ridlonya guru dan izin Allah Qathrab menjadi ulama’ ahli nahwu dan memiliki banyak karya bahkan dalam berbagai bidang ilmu. Diantaranya yaitu : Ma’ani al-Qur’an, I’rab al-Qur’an, ar Radd ‘ala al-Mutsallats fin-Nahwu, dll.


2. Bekerja untuk Mendapatkan Ilmu

Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin Muhammad bin As’Sury bin Sahl Az Zujaj. Julukan Az Zujjaj muncul karena beliau bekerja sebagai pemotong kaca. Beliau adalah ulama’ ahli ahli nahwu yang berdomisili di baghdad. Karya karya beliau diantaranya kitab Al Arudl, Al Isytiqaq,  Al Qawafi, Khaliq Al Insan, dll. 

Julukan Az Zujaj adalah manifestasi jalan hidup beliau ketika menuntuk ilmu, kehidupan yang sederhana yang jauh dari segala kemewahan dunia, pekerjaan satu satunya yang beliau jalankan adalah mengumpulkan kaca lalu kemudia dijual. Kecintaannya dengan ilmu pengetahuan telah menghantarkan beliau bertemu dengan seorang yang masyhur dalam ilmu nahwu yaitu Al Mubarrad. 

Al Mubarrad adalah salah satu dari dua orang guru Az Zujjaj dan satu lagi adalah Al-Tsa’lab. Hanya saja Az Zujjaj lebih condong pada madzhabnya Al Mubarad.

Namun begitu, Al Mubarrad merupakan seorang alim yang tidak mau mengajar kalau tidak dibayar. Jikapun dibayar, pelajaran yang diberikan akan disesuaikan dengan besarannya. 

Di sisi lain, az zujjaj adalah seorang pengepul kaca yang mungkin berpenghasilan tidak seberapa. Jika kita hitung sesuai pekerjaan az zujjaj dengan berguru kepada Al Mubarrad, maka kiat bisa melihat bagaimana kesabaran dan keuletan az zuzjjaj dalam belajar hingga menjadi sosok ulama’ ahli nahwu yang memiliki banyak karya. 

Dari dua kisah diatas. Bisa kita ambil hikmah didalamnya, bagaimana seorang mencari ilmu itu bukan hal yang sebentar dan ringan. Harusdiperjuangkan dan sabar. 

Kemudahan akses yang bisa kita peroleh sekarang dengan memanfaatkan teknologi harusnya dapat menjadi penambah semangat belajar, bukan sebaliknya. 

Sumber : Muhammad Al-Fitra Haqiqi, Biografi Ulama’ Nahwu, Penerbit As-Shofa:Jombang, 2014

Posting Komentar